Tuesday, December 17, 2013

Secangkir Kopi Kasih




Secangkir kopi kasih,
yang ku bancuh dari dapur hati,
terhidang atas meja jiwa,
tapi untuk siapa?

Secangkir kopi kasih,
buat mengusir dahaga rindu tentunya,
mencicip riang,
menghirup tenang,
tapi mengapa terbuang?
bila pahit yang dirasakan..

Padahal pahit mematangkan,
bisa jua menyembuhkan
sedang manis pembuka jalan,
derita kemudaratan

-Karisma Kejora-

_______________________________________

 Terlalu banyak yang sudah kita dustakan. Tapi sampai bila? 

Sembunyi Dalam Puisi


   


Andai kau baca puisi ini,
ketahuilah ia terkoyak dari lembaran hati,
lama ku sisipkan di celah-celah mimpi,
terbiar usang dimamah hari,
mungkin sukar untuk kau mengerti,
tapi di sinilah kasihku tersembunyi,

Andai kau lihat tulisanku,
sedarilah ia tertumpah dari dakwat sendu,
lama terbiar layu,
usang di rak waktu,
mungkin payah untuk kau tahu,
tapi di sinilah rinduku beradu..

- Karisma Kejora-


________________________________________

Cinta tidak perlu diberitahu...

Saturday, December 14, 2013

Ketika Aku Bercerita Tentang Rembulan

   

  


Ketika aku bercerita padanya tentang rembulan, dia gesit tertunduk malu,
Sungguh ku akui, seraut wajah yang ayu bila dicubit bayu,

Tapi harus sedar, cinta tidak perlu diberitahu,

Ketika aku masih bercerita tentang rembulan,
dia masih menganyam kerinduan,
menjahit perca-perca kenangan,
dari dada malam yang terkoyak,
dan sebungkus mimpi yang retak,

lantas mengapa sendunya menitis?
setelah puas mengemis katarsis,
dari luahan tangis gerimis

-bulan bukan citra fatalis
-bukan gambaran oportunis
tapi keindahan yang terlukis

aku, dia dan rembulan hanya secebis cerita,
yang selalu takut terluka,
diratah keputusan gerhana,

Mungkin sudah sampai waktunya,
aku patut berhenti bercerita tentang rembulan,
ketika dia masih mengusir gelita,
dengan dian rindu yang bernyala

sehingga biar waktu yang berbicara
apa yang tersimpan sekian lama..

tidak dia tahu,
kerana cinta tidak perlu diberitahu..


~ Karisma Kejora ~

_______________________________________

Kadang kala apa yang kita miliki hari ini tidak akan sama seperti esok hari. Segalanya berkronologi dan tradisinya bertukar ganti. Jadi biarkan takdir bernadi dengan denyutnya sendiri. Ada bahagia dan hikmah, jadi harus terima apa yang direncana.

- Pada dia biarlah rahsia ini terus bernyawa. Tidak mungkin tertinta dengan bicara. -

Dan aku akan terus bersamamu, biarpun nanti hanya menjadi bayang-bayang yang tidak disentuh.

Ketahuilah,

aku selalu mahu jadi rembulan di langit hatimu...

~Pada suatu pagi yang sepi~



Tuesday, December 10, 2013

Sembunyi



Aku masih bersembunyi sewaktu mereka sedang mencari,
sekelumit pesona pada kasih, pada bunga hati,

dan ketika mereka lepaskan rama-rama asmara,
jauh ke belantara atma,
aku masih menafsir makna warna yang bercempera,
masih jua menduga keputusan saksama,

siapa sebenarnya yang terlupa?
kelana di rimba bisa mengundang pancaroba

atau aku yang khilaf meneka,
keputusan takdir,
dan terpedaya,
pada mainan getir,

betapa perlu biasa terluka untuk menjadi dewasa

Tetapi, mengapa bila aku cuba mencari,
mereka pula bersembunyi?
berselindung sebalik mimpi
dan bayang-bayang ngeri,

hakikat tidak semua indah
meski bahagia menjadi mukadimah

lantas aku perlu terus bersembunyi,
dalam puisi dan bicara sepi
sehingga kau, mereka dan sesiapa belajar untuk mengerti

kasih, rindu dan cintaku yang bermukim di sini...
sudah lama bersemi,
bernadi di hati...

- Karisma Kejora -

____________________________________________________

Tiada sesuatu pun yang kekal bahagia selama-lamanya. Kekadang perlu merasa terluka, duka dan segala spesies rasa untuk meraihnya. Bukankah bahagia itu mahal harganya? Malah tidak pernah mampu untuk dibeli sebab ianya tidak pernah dijual di mana-mana pusat niaga. Tapi kita masih boleh berusaha untuk mendapatkannya. Hargai bila sudah ada. Sekali ia sirna, terlalu payah untuk mewarnakanya semula. Mungkin ada peluang kedua, tapi ianya tidak pernah sama seperti mula-mula memilikinya.

Jadi carilah bahagia yang tersembunyi,
di mana-mana,
dan hargai.

Tapi jangan pernah berharap. Sebab segala-galanya tidak pernah abadi. Keputusan takdir sering bertukar ganti. Cuma jadilah seorang yang kuat mendepani takdir, bukan lemah dipermainkan takdir. Berharap hanya pada Yang Mencipta bahagia..

Aku? masih terus bersembunyi,
dalam suatu tempat yang kau perlu cari..

- Mencintaimu -




Friday, November 22, 2013

Pesan Pada Merpati






Aku pernah berpesan pada merpati,
sampaikan salam sepiku pada mentari yang menyungging seri,
ketika ia mencuit langit, terbang tinggi,
Tapi jawab merpati, sepi sudah jadi tradisi
bila kita cabut mimpi,
dan biar kelayuannya memamah diri,
seperti mentari yang sudah biasa gelisah menanti,
keputusan takdir keesokkan hari..

lalu aku tiba-tiba jadi takut,
pada belaian manja bayu yang berpuput,
mana tahu bisa menjerut,
keruh wangian usia yang disedut

Aku cuba lagi berpesan pada merpati,
pagutlah dukaku yang berselerakkan di dada bumi,
ketika ia turun mengintai rezeki,
tapi jawab merpati, duka sudah lama bersemadi,
ketika kau relakan kasih merangkai hati,
dan aku harus mengerti perit bersahabat dengan duri,
seperti bumi yang sudah biasa disakiti,
keputusan hidup yang keji

lantas tiba-tiba aku khuatir terjatuh,
meski dahan tempatku berpaut menjamin teguh,

Ya.. Kadangkala aku harus belajar dari merpati,
bagaimana untuk mengemudi diri,
ketika dicabar ribut di langit tinggi,
mahupun diugut sepi,
ketika di bumi..

Sayangnya, aku bukan merpati..

- Karisma Kejora -

___________________________________________________________________

Terlalu banyak yang perlu kau belajar ketika cuba menghargai apa yang kau anggap bererti dalam kehidupanmu sendiri. Memang perit. tapi itulah cabaran yang perlu kau galas, sebab tidak mungkin semuanya akan bermula indah begitu sahaja. Adakalanya perlu merasa kepahitan terlebih dahulu. Dari situlah kau akan rasa dirimu masih belum mampu mendepani kedewasaan. Belajar dan terus belajarlah meski kau rasa sudah tidak berdaya bila dicengkam pancaroba.

Lumrah hidup adakalanya bermula indah, berakhir derita
Tradisi hidup adakalanya mengumpan derita, menghadiahkan bahagia

Pilihlah jalan mana perlu kau telusuri.

Kerana aku akan terus kekal di sisi,
hidup dalam perkataanku sendiri,
dalam puisi, dalam bicara sepi
biarpun mungkin satu hari nanti dijemput pergi....

~ Pada suatu pagi yang sepi ~


Friday, September 27, 2013








malam ini sekuntum jasmin layu,
perlahan terkulai mengharap restu rumput untuk beradu,
sempat bertanyakan pada bayu,
apakah gugur embun sebagai peneman pilu?
atau hanya merenjis sendu,

mengapa sekarang baru kau mengerti makna sepi,
hanya bila waktu mulai meratah seri mimpi-mimpi indah saat harum mewangi,
sedang kau tahu kelopak kasih bukan teman sejati,
yang bisa selalu hadir di sisi menemani,

sekalipun warna nirmala bijak menggoda,
kecantikkan bukan pusaka yang dapat menjamin kau kekal bahagia,
esok lusa sendiri jua membebat luka,
tanyalah pada takdir kalau tidak tertinta gelora,
ketika kau pilih gerhana, sedang purnama mahu menyapa

sekuntum jasmin pun layu..
Ya, aku tahu kita sama-sama menunggu,
mampukah lagi berputik rindu,
padahal waktu terlalu cemburu


- Karisma Kejora -
______________________________________________________________


Sebenarnya takdir itu terlalu indah kiranya kita fahami dalam bahasa muhasabah. Bersabar itu lumrah sekalipun ianya cukup parah untuk diterima. Jadi biarlah. Biarkan jari-jemari takdir melingkari hidup dan usia kita. Sebab keindahannya sudah direncana, hanya kita yang perlu celik mata. Buka sukma selapangnya. Barulah engkau akan mengerti, engkau tidak sendiri.....

Thursday, September 5, 2013







Rupanya bukan awan hitam yang merajut mimpi kita jadi selembar dendam,
Ya.. Cukup aneh, kalau tangisan hujan yang tadinya menggila perlahan suram,
lalu rindu bukan hanya berguguran,
tapi pecah berserakan,
keusangan bukan pada ranting hati, bukan pada dahan perasaan,
Jangan bertanya! sebab kau bakal temukan kelayuan,
pada dedaunan kenangan.

Sudahlah.. usah salahkan kiranya prahara yang tadinya menerpa,
datang pula mencuil, mencuit manja,
sampai embun yang kegersangan mengudup bicara,
"Mengapa begitu mesra deritamu sirna?"
jawapannya hanya bakal kau temu, tika bulan lena di riba

Jadi biarlah kertas nirmala langit menjadi kelabu,
hitam putih bersatu melarik puspawarna sendu,
asalkan gemerlap kencana bintang masih sudi bertamu,
biarpun bulan mungkin masih terlalu malu mengukir rindu..

- Karisma Kejora -

Wednesday, June 5, 2013

Hanya Dalam Puisi

 
 
 
 
 
 
Terkurung dalam kebisuan suasana,
berbicara cuma titis-titis mutiara,
di mata kesayuan mungkin terlihat nyata,
di hati sendu tangisnya lebih hiba,
bila keadaan memujuk untuk rela,
melepaskan sebutir permata berharga,
 
Relalah ku kutip kaca memori yang berselerakan,
cantum... cantumkan menjadi cermin kenangan,
biarpun mungkin serpihannya cuma,
tajam menghiris.. sentuhku tersayat luka,
begitulah ibarat rindu yang bakal dirasa,
bila waktu menjeling curiga,
untuk kita sama-sama teroka rimba usaha,
mengintai denai mana yang perlu ditelusuri,
sebelum ketemu rimbun wangian kasturi
 
bicara syahdu mentafsir bait puitis,
ku baca ketika hati disapa gerimis,
pujuk diri usah terus menangis,
kerana tangisan tidak pernah setanding jasamu yang terlukis,
menghiasi tiap sudut kusam, warna-warni bunga kritis
tapi aku menangis,
kerana tahu perpisahan itu sungguh menghiris
 
Seandainya dapat ku pinjam secebis masa,
inginku ulangi detik, saat senyummu berbunga,
petah melontar bicara bersepuh makna,
dalam hempedu kata,
terselit madu semanis rasa,
sampai minda tahu menterjemah,
antara khilaf atau salah,
antara benar dan nyata,
baktimu tiada dua,
biarpun purnama gugur ke riba,
 
Mungkin derap langkahmu menuntuni karamnya mentari,
perlahan sunyi dalam pelarian hari,
tapi tak bermakna akan sepi sebuah impi,
kerana kita tetap berlindung bawah hamparan janji,
bertatih mengutip serpihan mimpi,
sehingga yang digenggami itu pelangi,
kuntuman doa mekar mewangi..
 
 
- KARISMA KEJORA -
 
______________________________________________________________________________
 
Aku bermukim sekali lagi dalam daerah perkataan ini. Menguntaikan sedikit penghargaan untuk seseorang. Biarpun cuma sejambak puisi, gambaran kelayuan sekuntum bicara, tapi beginilah cara aku menghargai. Menyusup dalam perkataan, bersembunyi dan membiarkan hanya puisi ini yang bercerita. Kerana bagi aku, bicara di bibir ibarat angin lalu. Manja mengusap pipi, tapi cepat berlalu pergi. Tapi dengan puisi, biarpun nadi berhenti menari, Inshaa Allah ianya akan kekal mekar mewangi. Itulah kuasa sejambak puisi..
 
Mungkin ada yang tertanya, siapa seseorang itu?
 
Aku mungkin hanya mewah pada persoalan, tapi miskin dalam jawapan...
 
Biarlah seseorang itu adalah engkau, atau mungkin aku, atau juga mungkin siapa-siapa sahaja..
 
Tapi yang pastinya ia adalah sebuah puisi penghargaan.
 
 
Ya... Aku juga tahu menghargai dengan cara aku sendiri..
 
 
Tapi benarkah penghargaan hanya mekar selepas wujudnya perpisahan. Aku masih tercari-cari kelibat jawapan di balik persoalan tersebut. Atau segalanya berbalik pada diriku jua, mewah dengan persoalan, tapi papa kedana pada jawapan. Atau sebenarnya jawapan itu bersembunyi sebalik perpisahan yang tercipta. Mengapa semuanya begitu mudah rapuh? Bernakna tapi cuma sementara.

.
 
Aku linglung...

Mengapa mesti ada penghargaan untu sebuah perpisahan??

Hanya mampu diam...


Monday, May 20, 2013

Berpisah Itu Lumrah

                               It’s not easy saying goodbye
                                useful site | Goodbye | Source


                                 


Usah diratap pada perpisahan,
kerana walau terpisah antara jurang keadaan,
Tiap detik bersama abadi menjadi poster kenangan,
tertampal kemas di dinding ingatan

Relakanlah kalbu mencicip pahitnya rindu,
ketika waktu merenggangkan seketika masa bertemu,
asal kita tetap mesrakan perasaan,
memujuk fikiran,
menanti kembali kemanisan pertemuan,
yang bakal mengusir segala kerinduan,

Tawa bersama mengharungi perjalanan usia,
kekadang terluka digores ketajaman bicara,
kerana manusia tidak mungkin berdaya, 
untuk mengatur sesuatu yang sempurna,
kemaafanlah penawarnya, ubat segala duka,
yang manis dikenangi, saat hati dihambat sepi

Menangislah... agar kita tahu di sini kita pernah berdiri,
melirik senyuman sekuntum mentari,
megah melukiskan seri,
Menangislah... kerana di sini kita pernah meramas kedinginan hujan,
mencurah lebat membasahi ketandusan fikiran,
seperti lebatnya tangisan dari langit perasaan,
bila kemesraan terpaksa kita pudarkan,
kerana waktu adakalanya cemburu mengizinkan,
untuk kita terus bersama..

Perpisahan ini bukan bermakna 'Selamat Tinggal'
kerana di kebun jiwa, meranum ingatan kekal,
Perpisahan ini bukan bererti karamlah mimpi,
kerana selagi nadi masih bernyanyi,
pasti kita dipertemukan kembali...

- KARISMA KEJORA -

_________________________________________________________________________________

Bila berbicara tentang perpisahan, sekonyong-konyong pita memori aku memutarkan ingatan terhadap seseorang. Ya benar. Aku juga pernah merasai perpisahan. Malahan ianya sudah sebati mengisi kamus usia aku sendiri. Sahabat handai, rakan taulan datang dan pergi. Warna warni watak aku temui. Tapi sehingga kini aku masih mencari diri aku sendiri dalam erti kata sebenar perpisahan itu. Cuba mengintai kelibat sendiri dalam permainan takdir ; bila bertemu pasti akan ada perpisahan. Tapi sehingga kini aku temui, perpisahan itulah diri aku sendiri. Tapi... Aku akui, perpisahan dengan   -----  banyak mengajar aku tentang segalanya. Terima kasih saudari.. Biarpun sehingga kini aku masih begitu merindui untuk kita dipertemukan kembali. Biarpun waktu dan situasinya cukup asing sekali. Aku akan terus menanti. Pasti!

Friday, May 17, 2013

Menulis sedikit tentang hidup...

Aku melihat kehidupan di sini cukup berbeza. Cukup asing pada sudut pandang aku sendiri. Kesepian mengintai tiap ruang waktu yang terbuka. Aku sendiri tidak mengerti, cukup payah sekali untuk menterjemahkan dalam bahasa hati yang mudah untuk akal dan fikiran sendiri fahami. Di sini aku tercari-cari makna sebenar persahabatan. Cuba meneguk sedikit kemanisannya. Tapi yang aku lihat adalah sahabat-sahabat yang sebenarnya hadir tika merasa dirinya terlalu mengidamkan pertolongan. Kesempatan dilemparkan, menghimpitkan aku pada dua keadaan ; antara perlu menolong atau menjadi sombong. Sebab aku tahu, mereka akan melakar seribu satu alasan palsu, bila aku pula mahu dibantu.


Aku juga melihat watak sahabat yang cukup berbeza. Senyuman mereka akan menjadi senyuman paling manis pernah aku temui ketika mereka juga sedang bersendirian. Aku pula seakan muak dengan stereotaip perkataan yang sering dilontarkan ; " Lama tidak jumpa?". Tapi bila mereka sedang berteman, senyum pun seakan dipaksa-paksa, atau paling hebat sekali buat-buat tidak pandang. Itukah maksud persahabatan?  Tapi itulah realiti yang perlu ditelan. Biarpun cukup pahit sekali utuk menerimanya. 


Tiba-tiba aku menjadi rindu pada kehidupan dahulu...


Thursday, May 16, 2013

Lidah Kelu Bicara Layu


Be yourself image


Aku tanam bicara dalam abjad-abjad bisu,
cuba mencangkul hasrat dalam bahasa yg masih begitu malu,
untuk kau atau sesiapa tahu..

ketahuilah disini rinduku bertempiaran,
dalam kiasan perkataan,
sedarilah disini kasihku berkeliaran,
dalam kesibukan jiwa menafikan,

kerana sesuatu yg indah tdk semestinya,
harus pd manis bibir menuturnya..

~ Maaf, Aku cuma mampu menulis ~


- KARISMA KEJORA -

Tuesday, May 14, 2013

Aku Yang Memerhati

 
 

 
Aku masih menyelongkar makna ketika batin diragang dilema,
kekalutan wujud untuk meneka,
apakah kesepianmu itu nyata,
atau cuma aku yang khilaf dalam menduga,
sehingga bicara ini rela menjadi boneka,
kata pincang sebuah bahasa mata,
 
Gadis.. bukan pemandangan indah di wajah yang mencuit rindu,
tapi aku melihat bayang diriku balik senyum palsumu,
atau sememangnya manusia tidak mampu lari dijerut keliru,
ketika harus mencari jawapan bisu sebalik gerak kaku,
mungkinkah engkau seperti aku?
kelu memujuk rayu waktu,
agar tidak lemas dihanyutkan waktu yang cemburu
 
apakah engkau terkesan dengan sepi ; sedangkan ianya lorong,
yang memisahkan kita dari menjadi sombong,
seperti mereka yang sibuk dengan kekasih,
tapi mencari teman tika jiwanya pedih,
 
tak perlulah mencari teman,
yang nantinya engkau ditinggalkan,
kerana manusia lebih agungkan kesempatan,
dari berselubung dalam janji setia selimut perkasihan,
kerana aku, kau dan kesepian itulah rakan
 
 
Aku? Masih terus menduga....
 
 
- KARISMA KEJORA -

___________________________________________________________________________________

Faradhiya. Bait nama yang cukup indah. Tapi aku melihat hidupnya mungkin tidak seindah nama dan wajahnya. Atau aku sebenarnya yang silap menduga? Dia selalu kelihatan bersendirian, asyik dengan dunianya. Atau sebenarnya dia lebih suka untuk bersendirian? Terlalu banyak persoalan yang hadir tanpa jawapan. Tapi itulah Faradhiya. Gadis yang mengasingkan diri daripada kelompok manusia yang lebih gemar di samping kekasih. Rakan taulan yang hadir tika waktu memerlukan pertolongan semata. Apakah engkau juga sepertiku duhai Faradhiya? Maaf jika aku salah dalam mentafsir dirimu. Maaf juga dipinta sekiranya engkau menemui puisi dari seorang lelaki yang asyik memerhati tingkah sepimu. Sekian....

Monday, May 13, 2013

Bicara Langit Hati

Tinta Berdarah Sebatang Pena


Relationships Are Like Glass
cool website | Break Up, Quotes Graphics | Source




Mungkinkah ada dinding kaca yang tidak kelihatan,
Sepertinya kita terpisah antara wangian salam pertemuan,
Kau, aku dan sepasang pancaindera,
Memilih bisu menjadi habuan bicara,
Seakan bahasa mata mukadimah terindah,
Biarpun redup pandangan menghamparkan segurun keluh kesah,

Benarkah rindu dendam terindah yang tercipta?
Sampai saat ini masih jua mendera,
Kenapa dan mengapa,
Bukan soalan yang perlu ditanya,
Kerana jawapannya sering menjadikan kita pendusta,
Yang mendustai perasaan sendiri,
Sedangkan hati kepingin dimiliki,

Lalu kaca yang sejernih ini perlukah diretakkan,
Biarpun menzahirkan luka dan parut kenangan,
Asalkan telapak silaturrahim bersentuhan,
Seperti keadaan tika jiwa raga kita hanyutkan,
Dilambung ombak keakraban,

Tanpa kaca keangkuhan,
Tanpa kaca permusuhan,

Tapi sebenarnya keegoanlah kaca, 
Membentengi diri bagai dalam dunia yang berbeza,
Runtuh dan hancurkanlah tanpa sisa,
Agar kemaafan balasan rindu yang mulia,
Untuk kau, aku atau sesiapa


- KARISMA KEJORA -

_________________________________________________________________________________

Sebalik kaca. Sebuah puisi yang aku nukilkan buat seorang teman. Melalui puisi inilah aku telah berjaya melembutkan hati teman-teman yang suatu masa dahulu bertelingkah angkara kronologi cerita yang tidak mampu diberitakan di sini. Dari sinilah aku mengerti kuasa sebenar sebuah puisi yang mana mampu mencipta sesuatu yang berseri jika berpadanan pada masa dan situasi. Tetapi sebenarnya keindahan pada bahasa itulah yang menjerat, memanipulasikan perasaan sehingga mampu mengembilakan keindahan dalam konteks persahabatan itu sendiri. Kuasa puisi, siapa mungkin mengerti? Kecuali bagi mereka yang sememangnya ibarat mengatur hidup dan mati dalam dunia puisi. Aku? Masih mencari identiti diri.

Wednesday, May 8, 2013

Aku cuma Menulis

Accept Yourself
visit this website | Be Yourself | Source


Aku tercari-cari makna reformasi balik bait kata bongkak,
ketika mereka menjadi sebahagian daripada orang-orang yang terdesak,
bangkit memberontak, kononnya untuk menuntut hak,
Tapi dalam diam galak mencongak,
not-not bernilai di dompet kosong, saku yang terkoyak,


Aku juga tertanya-tanya makna kemajuan?
sebalik kemunduran fikiran yang asyik mengintai kesempatan,
untuk projek  memperbesarkan lot-lot tanah,
serta harta pusaka yang kian bertambah,
mereka pinjam simpati untuk pamerkan gundah,
memujuk hati-hati yang payah kononnya untuk berubah,
namun dalam diam mereka mengasah,
kekuatan untuk terus diuliti megah,
kekal dalam kehidupan mewah,


Di mana sebenarnya??


Aku terus membisu... 



- KARISMA KEJORA - 


_________________________________________________________________________________

Di mana sebenarnya kebenaran sebalik perkataan manusia yang sudah terbiasa dengan habuan kemewahan? Lantas apa yang nereka inginkan juga adalah sesuatu yang mampu memberi kesenangan. Apakah mereka mengeluh dengan kepayahan yang mungkin baru sebulan atau paling lama setahun dirasakan? Sedarkah mereka, masyarakat pastinya sudah jemu dengan janji-janji madu yang selalunya bertukar menjadi janji-janji hempedu yang layu setelah si penabur janji mendapat apa yang diinginkan. Bukankah begitu adat manusia? Terlalu sukar untuk membina kepercayaan setelah sekian lama terjerumus dalam permainan nakal golongan-golongan oportunis. Namun kehidupan perlu diteruskan dan terus menyaksikan watak-watak yang akan berubah perwatakkannya, hanya setelah mendapat apa yang diidamkan..

Hanya mampu memerhati................